Selasa, 13 September 2011

Hukum Suami Terminum Susu Isteri

Masalah ini pernah terjadi pada zaman shahabat, di mana ada seorang lelaki yang mengadu kepada sahabat Abu Musa Al-Asy'ari bahwa pada malam hari ia telah meminum air susu istrinya sendiri semasa sedang bersama dengan isterinya. Lalu kemudian Abu Musa Al-Asy'ari memberi fatwa bahwa ia dan istrinya telah haram atau telah menjadi mahram kerana sudah menjadi ibu susunya. Maka dalam khas ini Abu Musa Al-Asy'ari berpendapat bahwa suami tersebut telah tercerai dengan sendirinya kerana ia telah meminum air susu isterinya sendiri. Namun Abu Musa Al-Asy'ari menyuruh lelaki tersebut untuk bertanya kepada Ibnu Mash'ud karena dia dikenal lebih faqih.

Lalu lelaki tersebut bertanya hal yang sama kepada Ibnu Mash'ud. Ibnu Mash'ud malah balik bertanya kepada Abu Musa Al-Asy'ari, "Apa ini -lelaki tersebut- (disebut) seorang anak yang menyusu?" Pertanyaan ini bermakna pengingkaran dari Ibnu Mash'ud, bahwa yang disebut "radhii'" atau yang menyusu (secara bahasa) adalah anak-anak yang masih bergantung kepada air susu dan bukan seorang dewasa. Di sini Ibnu Mash'ud berpendapat bahwa seorang suami yang menyusu kepada isterinya tidaklah termasuk dalam hukum ibu susu seperti yang dikenal dalam Islam, di mana seorang anak yang menyusu kepada perempuan (yang bukan ibunya), maka perempuan itu menjadi ibu susunya dan menjadi mahramnya sekaligus menetapkan bahwa seluruh anak dari perempuan tersebut menjadi saudaranya sesusu dan menjadi mahram.

Pendapat Ibnu Mash'ud ini juga didukung hadits-hadits Nabi yang menyatakan bahwa hukum sesusuan itu berlaku jika susu yang diminum adalah yang menumbuhkan daging -yang hal ini hanya terjadi pada kanak-kanak dan bukan pada orang dewasa yang dagingnya tidak tumbuh lagi.
Al-Hafidz Ibnu Katsir rahimahullahu menyatakan bahwa majoriti para imam berpendapat penyusuan tidaklah menjadikan hubungan mahram kecuali bila penyusuan itu terjadi saat si anak berusia di bawah dua tahun. Adapun di atas itu maka tidak menjadikan hubungan mahram antara dia dan wanita yang menyusuinya. (Tafsir Ibnu Katsir, 1/290, 481)

Kerana penyusuan yang terjadi adalah ketika air susu dapat mengenyangkan dan menghilangkan dari rasa lapar.2” (HR. Al-Bukhari no. 5102 dan Muslim no. 1455)
setelah usia dua tahun, air susu ibu bukan lagi sumber makanan bagi si anak namun ia telah berpindah kepada makanan yang lain. Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah berkata: “Apabila seorang anak yang menyusu telah sempurna usianya dua tahun maka bererti telah sempurna penyusuannya. Setelah itu jadilah air susu kedudukannya seperti makanan yang lainnya sehingga penyusuan setelah dua tahun tidak termasuk dalam masalah mahram.”6 (Taisir Al-Karimir Rahman, hal. 104)



Berkata Imam At-Tirmidzi di bawah Bab Penyusuan Menyebabkan Pengharaman Dlm tempoh 2 tahun pertama: Diriwayatkan dari Qutaibah diriwayatkan dari Abu Awanah dari Hisham bin `Urwah dari Fathimah Bint Munzir dari Umm Salamah berkata bahawa Rasulullah S.A.W bersabda: “Penyusuan akan menyebabkan HARAM sekiranya ia berlaku menyusu dan sebelum fitam (sblm 2 tahun).” At-Tirmidzi mengatakan, “Hadith ini hasan sahih dan majority para ahli ilmu dari kalangan para sahabat Rasulullah S.A.W mengamalkan bahawa penyusuan menyebabkan pengharaman sblm tamat tempoh 2 tahun dan penyusuan selepas itu tidak akan menyebabkan pengharaman.” (At-Tirmidzi shj meriwayatkan hadith ini dgn jalur rijal yang memenuhi syarat sahihain)

Kesimpulannya: Tidak mengapa bapa bayi berbuat demikian dan tidak menyebabkan berlaku pengharaman.

Wassalam

Rumusan:
Umur yg mempengaruhi susuan ialah (bayi) yg belum mencapai umur dua tahun. Ini ijma’ sahabat kecuali Aisyah ra. (Imam anNawawi, Syarah Sahih Muslim : 6/214; Imam Ibn Rusyd, Bidayah alMujtahid: 2/36). Madzhab Daudi atau Zahiri mendokong pendapat Aisyah dan diperkuat oleh Imam Ibn Hazm.
Madzhab Hanafi bayi bawah 2 tahun 6 bulan. Maliki pula dua tahun beberapa hari. WA

Kesimpulan: Dengan ini jelas hukum meminum atau terminum susu isteri adalah HARUS

Tiada ulasan:

Catat Ulasan